Rabu, 12 September 2007

“Harry Potter and The Order of Phoenix”


Jakarta - Harry Potter (Daniel Radcliffe) kini telah berusia 14 tahun. Di awal tahun ajaran, nasib Harry tak pernah baik. Ia selalu berurusan dengan paman, bibi, dan sepupunya yang jahat.


Kali ini juga begitu. Hanya saja, ada tambahan peristiwa yang sangat tidak menyenangkan: beberapa dementor mendatanginya di dunia muggle dan mengisap keceriaan Dudley (Harry Melling), sepupunya. Oleh karena itu, Harry harus menyelamatkan Dudley dengan menggunakan mantra Petronusnya. Dementor kabur dan Dudley terlihat makin “dungu”.
Namun, mantra Harry itu justru membuatnya terancam dikeluarkan dari sekolah. Ia dinyatakan telah melanggar peraturan sihir. Untunglah, di saat ia bersedih dan tak tahu apa yang harus dilakukan, sekelompok penyihir yang dipimpin Alastor “Mad-Eye” Moody (Brendan Gleeson) membawa Harry pergi ke sebuah rumah, yang ternyata milik Sirius Black (ayah baptisnya diperankan Gary Oldman).
Di sana, sudah berkumpul dua sahabatnya, Hermione (Emma Watson) dan Ron (Rupert Grint). Ia juga baru tahu bahwa ada kelompok pembela Dumbledore (Michael Gambon) yang bernama The Order of Phoenix.
Begitupun, Harry belum bisa bersenang-senang. Ia harus menghadapi sidang penyihir hanya didampingi oleh Dumbledore yang tak sekalipun menatap matanya. Berkat pembelaan Dumbledore yang cerdas, Harry lolos dari hukuman dan boleh kembali bersekolah.
Tahun ini, Hogwart kedatangan seorang guru pertahanan ilmu sihir, Dolores Umbrigde. Sayangnya, Umbridge bukan cuma bertugas sebagai guru, ia juga berfungsi sebagai perpanjangan tangan Kementerian Sihir. Kementerian Sihir mencurigai Dumbledore membentuk sebuah pasukan untuk melawan mereka.
Dalam waktu singkat, berpuluh dekrit dikeluarkan oleh Umbridge, di antaranya tak boleh mempraktikkan ilmu sihir di sekolah itu. Namun, bagi Harry yang terburuk bukanlah Umbrigde, melainkan pikirannya yang merasuk ke dalam pikiran Voldemort, musuh abadinya. Ia jadi bisa melihat apa saja dari sudut pandang Voldemort. Persamaan ini membuatnya takut. Harry takut tak lama lagi ia akan memiliki sifat yang sama dengan Voldemort.

Momen Penting
Melihat tebal buku serial kelima ini, ada kecurigaan film ini pun akan menjadi panjang dan bertele-tele. Tapi, syukurlah ternyata tidak. Sutradara David Yates berhasil meringkasnya hingga hanya berdurasi 138 menit, tanpa membuat penonton kehilangan momen-momen penting.
Ini adalah film Harry Potter pertamanya dan serial berikutnya, Harry Potter and the Half Blood Prince, tetap menjadi miliknya. Dalam film ini, ia memilih konflik-konflik penting dan menuturkannya dengan lancar. Dengan begitu, ia dapat menarik penonton yang bukan pembaca novelnya.
Secara teknis, The Order of Phoenix hanya melanjutkan standar yang telah ditetapkan oleh Chris Columbus, sutradara dua film pertama. Perwujudan kamar rahasia yang digunakan Harry Potter dan Laskar Dumbledore untuk berlatih pertahanan ilmu sihir menakjubkan. Catatan lain adalah pada pertarungan antara Laskar Dumbledore dan Pasukan Voldemort. Ia menggarapnya dengan sangat apik.
Keberhasilan film ini juga terletak pada akting para bintangnya. Deretan jago akting Inggris menghiasi film ini sejak awal, seperti Emma Thompson, Gary Oldman, Alan Rickman dan Ralph Fiennes. Namun, yang paling berperan penting adalah Daniel Radcliffe. Seiring pertambahan umurnya, kemampuan akting Radcliffe pun bertambah. Ia mampu mewujudkan Harry Potter yang gelisah, yang jatuh cinta, dan yang memberontak. Sayang, penampilan Radcliffe dan teman-temannya terlalu tua untuk anak usia 14 tahun.

Tidak ada komentar: